Semenjak kejadian malam itu, Dewi yang tadinya seorang istri yang menerima keadaan dan tidak pernah mengetahui bahwa bersetubuh itu sangat nikmat berubah menjadi Dewi yang ingin dipuaskan setiap kali bersetubuh, tetapi suaminya tidak pernah dapat memuaskan Dewi seperti biasanya, suaminya selalu keluar duluan pada saat Dewi baru mulai terangsang, setelah itu suaminya langsung tertidur tanpa memperdulikan lagi keadaan istrinya.
Hal ini membuat Dewi ingin selalu mencari lagi laki-laki seperti Andi yang dapat memuaskan hasrat birahinya. Seperti malam itu setelah melakukan hubungan suami istri, suaminya langsung terlelap, sementara Dewi merasa tersiksa karena birahinya tidak terlampiaskan, vaginanya terasa gatal ingin merasakan sodokan-sodokan penis.
Dengan penuh kesal Dewi beranjak dari tempat tidurnya lalu ia menuju ke dapur untuk mengambil segelas air, sambil memegang gelas air minum Dewi beralih menuju ke teras depan, kemudian Dewi duduk di sofa yang ada di teras. Saat Dewi sedang duduk merenung di dalam kegelapan malam, Dewi melihat sesosok tubuh dari kejauhan sedang berjalan mendekati rumahnya.
Setelah dekat ia mengetahui sesosok tubuh itu adalah seorang satpam di perumahan dimana ia tinggal, nampaknya Satpam ini sedang menjalankan tugasnya berkeliling komplek yang bersistem cluster ini. Melihat sosok tubuh Satpam itu yang kekar Dewi tertarik dan birahinya yang belum terlampiaskan berkobar kembali. Tanpa banyak pikir Dewi melambaikan tangannya ke arah satpam itu, si satpam yang mengetahui dirinya dipanggil segera menghampiri Dewi.
“Selamat malam, bu” dengan sopan satpam itu menyapa.
Dewi memperhatikan nama Satpam itu di seragamnya lalu membalas sapaannya,” malem pak Sugito, “
Sementara itu mata Sugito tak berkedip menatap tubuh Dewi yang terbalut daster tipis dan disinari oleh lampu teras sehingga membuat tubuh Dewi yang sexy terbayang dengan jelas, membuat birahi Sugito bergolak, perlahan-lahan pentungan di selangkangannya menegang, membuat celana satpamnya menggelembung. Semua ini tidak terlepas dari mata Dewi yang memang dari tadi sudah mulai mencuri-curi pandang ke arah selangkangan Sugito.
“Adaaa…aapaaa..bu,” tanya Sugito dengan sedikit terbata-bata karena menahan nafsu birahinya yang menggelegak.
Di matanya terlihat kedua bukit kembar Dewi yang menonjol dan kedua putingnya yang berwarna merah muda tercetak dengan jelas dibalik dasternya, sementara pandangan matanya melihat di selangkangan Dewi bayangan hitam dari balik dasternya. Dalam hatinya membatin nyonya ini tidak pakai apa-apa lagi dibalik dasternya.
Sugitopun menelan air liurnya, ingin rasanya ia menerkam tubuh Dewi ini dan menggenjotnya, tapi pikiran jernihnya masih berjalan karena statusnya yang sebagai satpam di komplek perumahan ini, bisa-bisa kehilangan pekerjaannya kalau ia melakukan pikirannya itu.
“Bapak, bisa tolongin saya?” tanya Dewi.
“Apaa..yang bisa saya bantu …bu?” Sugito berbalik tanya, suaranya bergetar menandakan sedang dipenuhi oleh nafsu birahinya.
“Sini, pak. Ikutin saya, yach,” kata Dewi tersenyum.
Dewipun melangkah menuju kedalam rumahnya diikuti oleh Sugito yang masih bingung dan semakin bernafsu. Sugito melihat bongkahan pantat Dewi yang tercetak karena tanpa Dewi sadari dasternya terjepit oleh belahan pantatnya saat ia duduk tadi. Sugito merasakan penisnya tambah mengeras.
Setelah menutup pintu depan dan menguncinya, Dewi melangkah menuju ke kamar tidur tamu yang tidak terlalu berjauhan dengan ruang tamu, Sugito masih mengikutinya dengan penuh tanda tanya, hatinya membatin apa yang dibutuhkan oleh nyonya muda ini dari dirinya. Desampainya didalam kamar tidur, Dewi langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.
“Saya, butuh bantuan bapak untuk muasin saya,” Dewi berkata sambil tangannya mulai meraih kemeja seragam satpam Sugito, dan mulai membukai kancingnya satu persatu dengan sangat cekatan.
Setelah kemeja Sugito terlepas, tangan Dewi beralih kecelana Sugito, celana Sugito dengan cepat telah terbuka, lalu Dewi menurunkan celana seragam itu ke bawah, tapi Dewi agak kesulitan menanggalkan celana itu karena terhalang oleh sepatu Satpam Sugito.
“Pak, lepaskan sepatunya dong,” kata Dewi.
Sugito yang masih belum lepas kagetnya karena mendengan perkataan Dewi tadi dan perbuatan Dewi yang melucuti pakaiaannya, mengikuti perintah Dewi dengan melepaskan sepatunya. Sekarang Sugito hanya mengenakan celana dalamnya saja, tonjolan di balik celana dalamnya membuat Dewi semakin bernafsu, dengan bernafsu ditariknya ke bawah celana dalam Sugito sehingga penisnya terangguk-angguk dengan gagahnya.
Dewi terbelalak melihat penis Sugito yang lebih panjang dan besar dari punya Andi, apalagi kalau dibandingkan dengan punya suaminya, sambil menurunkan celana dalam Sugito Dewipun berjongkok di depan Sugito dan penis Sugito yang berdiri dengan tegak itu mulai dijilatinya, dari mulai ujung kepalanya sampai kepelernya, sambil kadang-kadang ditingkahi dengan kuluman-kuluman dan hisapan hisapan lembut, membuat Sugito yang masih seperti bermimpi ini mendesah-desah keenakan.
Batin Sugito masih belum mempercayai apa yang terjadi ini, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya bahwa penisnya akan dijilati dan dikulum-kulum oleh wanita secantik dan sesexy Dewi apalagi wanita ini termasuk dari golongan yang terhormat, yang secara tidak langsung adalah yang membayar gajinya.
“Oughh…aaaahhhh….sshhhhh…aaaghhhh…buuu….uueennaaak kk…tennaaan…oougghh…” Sugito mengerang keenakan, menikmati penisnya yang sedang dikaraoke oleh Dewi.
“hhhmmm…ssshhsss…sssllrrppp…ssssllrppp…hhhhmmm..ko ntolmu besar sekali,” Dewi bergumam sambil tetap asyik mengulum dan menjilati pentungan Sugito, tangan kirinya asyik memegangi pentungan Sugito, sementara tangan kanannya asyik mengelus-elus vagina dan kelentitnya.
Sugitopun akhirnya tidak mau diam saja, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua bukit kembar Dewi yang masih tertutup daster, remasan-remasan kasarnya mulai membuat Dewi menggelinjang kegelian.
Dewipun merasakan lubang vaginanya semakin basah, ia menghentikan aksinya kemudian berdiri lalu mulai melepaskan dasternya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat di depan Sugito, mata Sugito terbelalak melihat keindahan tubuh Dewi, betul-betul ia seperti bermimpi, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan melihat tubuh Dewi telanjang apalagi akan menikmatinya seperti saat sekarang ini.
Setelah melepaskan dasternya Dewi merebahkan tubuhnya di ranjang, kemudian ia mulai mengangkangkan kedua belah kakiknya, sehingga lubang kenikmatannya yang berwarna merah terpampang di hadapan Sugito.
“Ayo pak, beri aku kepuasan,” Dewi berkata sambil tangannya mengelus-elus kelentit dan lubang vaginanya.
Mendengar permintaan Dewi itu, Sugito tersenyum lalu menghampiri Dewi yang sudah terlentang menantikan sodokan pentungan satpamnya. Diusap-usapkannya kepala penisnya dibelahan vagina dan dikelentit Dewi, membuat Dewi menggelinjang kegelian, hasrat birahinya semakin bertambah bergelora, nafasnya semakin memburu.
“Oughhh….paaakk….jaaanggaannn….dielussss-elusss..sssshh..aagchhhh…mmaasuukkiin…. kevaginaku…paakkk…ooughhh…aakuuu…tidak taahan lagi…ceepaat…paakk…akuu..ingin merasakan penismuuu…yang besaaarr itu” Dewi mengerang menyuruh Sugito untuk cepat memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.
Dengan perlahan-lahan Sugito mulai menyelipkan kepala penisnya di belahan vagina Dewi, setelah itu dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan penisnya. Penis Sugito mulai melesak ke dalam lubang senggama Dewi perlahan-lahan. Dewi mengejang merasakan penis Sugito yang besar melesak ke dalam lubang vaginanya, ia merasakan agak sedikit sakit karena besarnya penis Sugito dan karena untuk pertama kalinya juga vaginanya diterobos oleh penis besar.
Penis Sugito perlahan-lahan mulai terbenam di dalam lubang senggama Dewi, setelah lebih dari setengah dari panjang batang penisnya terbenam didalam vagina Dewi, Sugito mulai mengangkat kedua belah kaki Dewi, kemudian kedua kaki Dewi ditekan kearah tubuh Dewi sendiri, sehingga lutut Dewi hampir menyentuh dada Dewi sendiri, dengan posisi seperti itu Sugito lalu menghentakkan penisnya sekaligus, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam vagina Dewi, sentakan Sugito membuat Dewi terhenyak dan menahan nafas, Dewi merasa vaginanya seperti robek, tak lama berselang Sugito mulai memaju-mundurkan penisnya dengan perlahan karena tadi saat ia menghentakkan penisnya ia melihat Dewi meringis menahan sakit.
Lama-lama rasa sakit di lubang vaginanya mulai hilang terganti dengan rasa nikmat yang sangat melebihi kenikmatan yang ia rasakan bersama Andi, nampaknya Sugito sangat berpengalaman dalam urusan ngentot dan memuaskan wanita. Desahan, erangan dan lenguhan kenikmatan semakin sering keluar dari mulut Dewi dan Sugito, keduanya betul-betul merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah dialami oleh mereka selama ini, Dewi memang belum pernah merasakan sensasi bersetubuh seperti sekarang ini.
Dewi merasakan lubang senggamanya penuh sesak oleh jejalan penis Sugito, seluruh area sensitif di dalam lubang senggamanya tersentuh oleh gesekan-gesekan penis Sugito. Sementara Sugito sendiri belum pernah merasakan tubuh mulus dan putih dan lubang vagina yang sempit seperti yang dimiliki oleh Dewi, apalagi keharuman tubuh Dewi yang menambah hasrat birahinya.
“Ouughh..paakk..penismuuu…besaaarr…sekaaliii..pen uh vaginakuuu..dibuatnyaa…” Dewi mengerang-erang kenikmatan menikmati sodokon-sodokan penis Sugito.
“Buuu…aaaghhh…memeekk…ibuuu…juuugaa…seemppit…sekaa lliii…”erang Sugito keenakan menikmati jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
“teruusss…paakk….puaasskkaan..aakhhuu…sshhh..aaach h….eenaakkk…ooughhh…”Dewi mendesah-desah, sementara tubuhnya mengejang-ejang menikmati sodokan-sodokan Sugito.
Kadang-kadang Dewi mengangkat pinggulnya menyambut kedatangan penis Sugito, mengakibatkan penis Sugito terbenam lebih dalam, dan menyentuh dinding rahimnya.
Gelinjangan tubuh Dewi menikmati persetubuhan ini semakin menjadi-jadi saat Sugito mulai menciumi leher Dewi yang jenjang dan jilatan-jilatan di kedua belah telinga Dewi, membuat sensasi persetubuhan ini semakin menjadi-jadi. Kedua bibir mereka pun kadang-kadang berpagutan dengan penuh nafsu, kedua lidah mereka saling bertautan. Tiba-tiba tubuh Dewi mengejang sementara tangannya meremas-remas rambut Sugito, kedua kakinya mengait pinggul Sugito, pinggulnya terangkat menyambut sodokan Sugito, merasakan ini Sugito pun semakin mempercepat sodokan-sodokannya,.
“Ouuggg..paakkk….eenaakk…sekaaalii….ooughhh…aakhhu u…mmauuu..keluuaaar..aaachhh..” Dewi mengerang, tubuhnya mengejang menyambut puncak birahinya yang akan tercapai.
“Agghhh…buuu…akhuuu…jughaaa,….mmaauu…kellluar….oou ghhh….”Sugitopun mengerang bersamaan dengan erangan Dewi.
Creeetttt….sssrrrrr……creeeet……ssssrrrr…cccreeett t…..ssrrr
Dewi dan Sugito berbarengan menggapai puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka ini, kedua kemaluan merekapun berbalasan memuntahkan lahar kenikmatannya, mereka berdua merasakan kedutan-kedutan kemaluan pasangan masing-masing dan semburan-semburan hangat dari lahar kenikmatan mereka. Setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar, Sugito perlahan-lahan mulai menarik penisnnya yang sudah mulai mengecil, dari lubang senggama Dewi nampak mengalir cairan putih bercampur dengan lendir bening, menetes ke kain sprei.
“Terimakasih pak, bapak telah memberikan saya kepuasan,” Dewi berkata kepada Sugito masih dengan nafas yang memburu.
“Sama-sama, Bu..kalau nanti ibu butuh bantuan saya lagi, ibu bisa panggil saya lagi,” jawab Sugito sambil menawarkan bantuannya lagi.Dibalas dengan senyuman oleh Dewi, kemudian kedua insane ini kembali mengenakan pakaian mereka kembali, setelah selesai Dewi mengantar Sugito kepintu dan memberikan kecupan dipipi Sugito sambil mengucapkan terimakasih lagi, setelah itu Dewi mengunci pintu dan menuju ke kamar tidurnya.
Malam itu Dewi sendirian menonton TV di ruangan keluarga, suaminya belum kembali dari tugas luar kotanya, sementara Doni sedang pergi ke rumah temannya. Saat itu Dewi mengenakan daster 1 tali berwarna pink dengan belahan berbentuk V di bagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak tipis itu. Sayup-sayup Dewi mendengar suara ketukan di pintu rumahnya, dengan sedikit malas ia beranjak dari tempat duduknya menuju ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Sesampainya di depan pintu Dewi membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito
“Ada apa, pak Sugi?” Dewi bertanya maksud kedatangan Sugito.
“Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu,” Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.
“Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan, siapa tahu ibu bisa membantunya,” lanjut Sugito menjelaskan kedatangannya.
“Oh, untuk apa dan berapa banyak, “ Dewi bertanya kembali
“Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, “ Sugito kembali menjelaskan
“Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya” Dewi berkata kepada mereka.
Sementara Dewi masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan Parmin pun masuk ke dalam rumah Dewi. Mereka duduk di ruang tamu menunggu Dewi kembali.
Tak lama berselang Dewi kembali dari dalam, lembaran uang terlihat di genggaman tangannya.
“Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak,” Dewi berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.
“Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya,” kata Parmin.
“Sama-sama, Pak,” kata Dewi.
“Oh iya Bu Dewi, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya,” Sugito berkata kepada Dewi.
“Apa tuch, pak Sugi,” Dewi bertanya kepada Sugito.
Bukan menjawab pertanyaan Dewi tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Dewi menjadi bingung.
“Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum,” Dewi mengomel melihat tingkah Sugito.
Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri Dewi yang sedang berdiri di dekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang cepat tubuh Dewi dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Dewi yang saat itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito. Sementara itu Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Dewi dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Dewi dari arah belakang.
Dewi betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kedua orang ini akan menyerang dia.
“Hmmmhhhh….hmmhhhh….” Dewi menggumam sambil berusaha berontak dari sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Dewi tidak dapat menandingi kedua orang ini, Dewipun tidak dapat berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.
“Sssstttt….tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia,” Parmin berbisik di telinga Dewi.
“Hmmhhhh…hmmmhhh…,” Dewi tetap meronta-ronta sambil bergumam.
“Sssttt….gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta dipuasin ama si Gito,” kembali Parmin berbisik ditelinga Dewi.
“Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya,“ lanjut Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai meremas kedua belah payudara Dewi, sementara tangan kanannya mulai meluncur ke bawah ke selangkangan Dewi dan mulai mengelus-ngelus lembah kenikmatannya.
Sementara Parmin asyik bergerilya di tubuh Dewi, Sugito asyik mencumbu Dewi. Serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Dewi runtuh, rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.
“Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua,” Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Dewi, sementara kedua tangannya semakin menjadi-jadi beraksi di tubuh Dewi.
Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Dewi, diturunkannya kedua tali daster Dewi dari bahu Dewi perlahan-lahan menuruni kedua tangan Dewi, Kedua bukit kembar Dewi perlahan-lahan mulai terlihat oleh mata Sugito. Aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak Dewi yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Dewi menggelinjang kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit pundaknya. Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari tangan Dewi sehingga membuat tubuh bagian atas Dewi terpampang dengan jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Dewi, sehingga lembah kenikmatan Dewi yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan jelas oleh Sugito.
Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap lubang kenikmatan Dewi, slrrpppp…sslrpppp…..terdengar bunyi hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Dewi, ditimpali oleh desahan-desahan Dewi, tubuh Dewi semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari kedua orang ini.
“Ooohhhh…..sssshhhhh…aaagghhhh……” lenguhan dan desahan keluar dari mulut Dewi….
“Hmmmmhhh…ssllrrppp…enaaakkk..vagina bu Dewi nich, harum…,” gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap vagina Dewi.
“Tubuhnya juga harum, dan ini toketnya…hhhmmmm…ranum betul….,” Parmin ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket Dewi, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher Dewi…
Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi dilubang kemaluan Dewi. Pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito masukkan ke dalam lubang kemaluan Dewi dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di vagina Dewi, membuat vagina itu semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Desahan dan lenguhan Dewi semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Dewipun menggila, kelihatannya Dewi akan segera mencapai puncak kenikmatannya, terlihat kedua tangan Dewi meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Dewi bergerak liar ke kanan dan ke kiri, pantatnya kadang-kadang ditekan ke bawah menyambut sodokan-sodokan jari tangan Sugito.
Merasakan gerakan tubuh Dewi yang semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara Dewi, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Dewi sementara tangan kanannya bergantian meremas-remas payudaranya.
“Ooogghhhh…..aaaagghhhhh…aaakhhuuu…gaakkk..tahan laagiiii….,,oohhh…aku keluaarr… sssshhhh aaaacchhh,” Dewi melenguh dan mendesah saat mencapai puncak kenikmatannya.
Ssseerrrr……ssseeeerr…..lahar kenikmatan Dewi menyembur dari lubang senggamanya. Sugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi. Tanpa segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalam semua cairan kenikmatan Dewi tertelan oleh Sugito…tubuh Dewi mengejang menikmati pencapaian puncak kenikmatannya ini.
“Ouuggg..paakkk….eenaakk…sekaaalii….ooughhh…aakhhu u…mmauuu..keluuaaar..aaachhh..” Dewi mengerang, tubuhnya mengejang menyambut puncak birahinya yang akan tercapai.
“Agghhh…buuu…akhuuu…jughaaa,….mmaauu…kellluar….oou ghhh….”Sugitopun mengerang bersamaan dengan erangan Dewi.
Creeetttt….sssrrrrr……creeeet……ssssrrrr…cccreeett t…..ssrrr
Dewi dan Sugito berbarengan menggapai puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka ini, kedua kemaluan merekapun berbalasan memuntahkan lahar kenikmatannya, mereka berdua merasakan kedutan-kedutan kemaluan pasangan masing-masing dan semburan-semburan hangat dari lahar kenikmatan mereka. Setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar, Sugito perlahan-lahan mulai menarik penisnnya yang sudah mulai mengecil, dari lubang senggama Dewi nampak mengalir cairan putih bercampur dengan lendir bening, menetes ke kain sprei.
“Terimakasih pak, bapak telah memberikan saya kepuasan,” Dewi berkata kepada Sugito masih dengan nafas yang memburu.
“Sama-sama, Bu..kalau nanti ibu butuh bantuan saya lagi, ibu bisa panggil saya lagi,” jawab Sugito sambil menawarkan bantuannya lagi.Dibalas dengan senyuman oleh Dewi, kemudian kedua insane ini kembali mengenakan pakaian mereka kembali, setelah selesai Dewi mengantar Sugito kepintu dan memberikan kecupan dipipi Sugito sambil mengucapkan terimakasih lagi, setelah itu Dewi mengunci pintu dan menuju ke kamar tidurnya.
Malam itu Dewi sendirian menonton TV di ruangan keluarga, suaminya belum kembali dari tugas luar kotanya, sementara Doni sedang pergi ke rumah temannya. Saat itu Dewi mengenakan daster 1 tali berwarna pink dengan belahan berbentuk V di bagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak tipis itu.
Sayup-sayup Dewi mendengar suara ketukan di pintu rumahnya, dengan sedikit malas ia beranjak dari tempat duduknya menuju ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Sesampainya di depan pintu Dewi membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito
“Ada apa, pak Sugi?” Dewi bertanya maksud kedatangan Sugito.
“Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu,” Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.
“Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan, siapa tahu ibu bisa membantunya,” lanjut Sugito menjelaskan kedatangannya.
“Oh, untuk apa dan berapa banyak, “ Dewi bertanya kembali
“Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, “ Sugito kembali menjelaskan
“Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya” Dewi berkata kepada mereka.
Sementara Dewi masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan Parmin pun masuk ke dalam rumah Dewi. Mereka duduk di ruang tamu menunggu Dewi kembali.
Tak lama berselang Dewi kembali dari dalam, lembaran uang terlihat di genggaman tangannya.
“Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak,” Dewi berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.
“Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya,” kata Parmin.
“Sama-sama, Pak,” kata Dewi.
“Oh iya Bu Dewi, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya,” Sugito berkata kepada Dewi.
“Apa tuch, pak Sugi,” Dewi bertanya kepada Sugito.
Bukan menjawab pertanyaan Dewi tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Dewi menjadi bingung.
“Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum,” Dewi mengomel melihat tingkah Sugito.
Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri Dewi yang sedang berdiri di dekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang cepat tubuh Dewi dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Dewi yang saat itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito. Sementara itu Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Dewi dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Dewi dari arah belakang.
Dewi betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa kedua orang ini akan menyerang dia.
“Hmmmhhhh….hmmhhhh….” Dewi menggumam sambil berusaha berontak dari sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Dewi tidak dapat menandingi kedua orang ini, Dewipun tidak dapat berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.
“Sssstttt….tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia,” Parmin berbisik di telinga Dewi.
“Hmmhhhh…hmmmhhh…,” Dewi tetap meronta-ronta sambil bergumam.
“Sssttt….gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta dipuasin ama si Gito,” kembali Parmin berbisik ditelinga Dewi.
“Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya,“ lanjut Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai meremas kedua belah payudara Dewi, sementara tangan kanannya mulai meluncur ke bawah ke selangkangan Dewi dan mulai mengelus-ngelus lembah kenikmatannya.
Sementara Parmin asyik bergerilya di tubuh Dewi, Sugito asyik mencumbu Dewi. Serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Dewi runtuh, rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.
“Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua,” Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Dewi, sementara kedua tangannya semakin menjadi-jadi beraksi di tubuh Dewi.
Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Dewi, diturunkannya kedua tali daster Dewi dari bahu Dewi perlahan-lahan menuruni kedua tangan Dewi, Kedua bukit kembar Dewi perlahan-lahan mulai terlihat oleh mata Sugito.
Aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak Dewi yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Dewi menggelinjang kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit pundaknya. Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari tangan Dewi sehingga membuat tubuh bagian atas Dewi terpampang dengan jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Dewi, sehingga lembah kenikmatan Dewi yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan jelas oleh Sugito.
Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap lubang kenikmatan Dewi, slrrpppp…sslrpppp…..terdengar bunyi hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Dewi, ditimpali oleh desahan-desahan Dewi, tubuh Dewi semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari kedua orang ini.
“Ooohhhh…..sssshhhhh…aaagghhhh……” lenguhan dan desahan keluar dari mulut Dewi….
“Hmmmmhhh…ssllrrppp…enaaakkk..vagina bu Dewi nich, harum…,” gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap vagina Dewi.
“Tubuhnya juga harum, dan ini toketnya…hhhmmmm…ranum betul….,” Parmin ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket Dewi, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher Dewi…
Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi dilubang kemaluan Dewi. Pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito masukkan ke dalam lubang kemaluan Dewi dan dikocok-kocokannya, lama-lama jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di vagina Dewi, membuat vagina itu semakin basah oleh cairan kenikmatannya.
Desahan dan lenguhan Dewi semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Dewipun menggila, kelihatannya Dewi akan segera mencapai puncak kenikmatannya, terlihat kedua tangan Dewi meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Dewi bergerak liar ke kanan dan ke kiri, pantatnya kadang-kadang ditekan ke bawah menyambut sodokan-sodokan jari tangan Sugito.
Merasakan gerakan tubuh Dewi yang semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara Dewi, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Dewi sementara tangan kanannya bergantian meremas-remas payudaranya.
“Ooogghhhh…..aaaagghhhhh…aaakhhuuu…gaakkk..tahan laagiiii….,,oohhh…aku keluaarr… sssshhhh aaaacchhh,” Dewi melenguh dan mendesah saat mencapai puncak kenikmatannya.
Ssseerrrr……ssseeeerr…..lahar kenikmatan Dewi menyembur dari lubang senggamanya. Sugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi. Tanpa segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalam semua cairan kenikmatan Dewi tertelan oleh Sugito…tubuh Dewi mengejang menikmati pencapaian puncak kenikmatannya ini.
Setelah ombak kenikmatannya mereda, Dewi mengajak Sugito dan Parmin untuk meneruskan aksi mereka di ruang tidurnya. Sesampainya di tempat tidur Dewi duduk di pinggir tempat tidur dan menyuruh kedua orang itu untuk membuka pakaian yang mereka kenakan. Dewi terperangah saat melihat tubuh telanjang Parmin, penis Parmin ternyata lebih besar dari punya Sugito sementara panjangnya hanya lebih panjang sedikit dari punya Sugito.
Melihat penis Parmin yang sudah ngaceng tanpa sabar lagi Dewi segera meraih penis Parmin itu dan mulai menciumi, menjilati dan mengulum-ngulumnya. Lenguhan dan desahan Parmin bersahutan dengan decakan mulut Dewi yang sedang asyik bermain di penisnya. Melihat Dewi mulai beraksi dengan penis Parmin, Sugito tidak mau membuang waktu lagi, didorongnya tubuh Dewi sehingga terlentang di atas tempat tidur.
Sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang Dewi tidak mau melepaskan pegangan dan kulumannya di penis Parmin, sehingga membuat Parmin sedikit kelabakan mengikuti tarikan tangan Dewi di penisnya. Dengan bertumpu di atas kedua lututnya Parmin bersujud di samping kepala Dewi, sementara tangannya mengangkat kepala Dewi dan menahan posisi kepala Dewi sehingga Dewi dengan leluasa bermain di penisnya.
Sugitopun segera beraksi dengan mengangkangkan kaki Dewi, diselipkannya kepala penisnya di belahan bibir kemaluan Dewi, slleeeppp….dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan penisnya, penis Sugito mulai merangsek masuk ke dalam lubang kemaluan Dewi. Bleeessss…..ssrrrttttt….blleeesss….sssrtttt…..akhirnya penis Sugito terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Dewi.
Saat lesakan penis Sugito di dalam lubang kemaluannya Dewi merasakan kenikmatan yang sangat, lenguhannya terdengar di tengah-tengah suara kulumannya di penis Parmin, sementara matanya merem-melek merasakan kenikmatan gesekan penis Sugito di vaginanya.
“ssllruppp…hhhmmmhhh…aaaagghhhh…..sssshhsss…sssllr rpppp….ooohhh….hhhmmmm,” Dewi melenguh saat merasakan penis Sugito mulai menerobos lubang kenikmatannya sambil mengulum-ngulum penis Parmin.
Sugito mulai memaju-mundurkan penisnya, ssssrrrttt….bleeesss…..sssrttttt….bleeesssss… penis Sugito mulai keluar masuk di vagina Dewi, Sugito bergerak dengan perlahan-lahan ia ingin betul-betul merasakan geseran dinding vagina Dewi di batang penisnya, lama-lama ritme gerakannya mulai meningkat, seiring dengan memuncaknya nafsu birahi Sugito.
Biarpun kali ini untuk kedua kalinya Sugito merasakan jepitan vagina Dewi dipenisnya, tapi Sugito merasakan vagina Dewi betul-betul sempit. Sempitnya lubang kenikmatan Dewi membuat Sugito merem-melek, lenguhan dan dengusan terdengar dari mulutnya, bersahutan dengan lenguhan dan desahan Dewi dan Parmin yang juga sedang sama-sama menikmati persetubuhan ini.
Sementara Dewi betul-betul merasakan kenikmatan senggama yang baru. Baru sekali ini Dewi merasakan mulut dan vaginanya penuh dengan penis secara berbarengan, tak lama berselang saat Dewi sedang asyik-asyiknya merasakan kedua penis itu keluar masuk di mulut dan di vaginanya, Sugito menghentikan gerakannya dan mencabut keluar penisnya, kemudian Dewi melihat Sugito merangkak ke atas tempat tidur lalu duduk bersandar di sandaran tempat tidur lalu Sugitopun mengangkangkan kakinya.
“Aku udah mau keluar…tapi aku ingin ibu memuaskan penisku dengan mulut ibu, Min, giliranmu sekarang menggenjot vagina ibu tuch,” kata Sugito sesaat setelah ia duduk bersandar.
Mendengar itu Parmin menarik penisnya yang sedang berada di genggaman tangan dan di kuluman mulut Dewi, Parmin menarik bangun Dewi dan menyuruh Dewi untuk merangkak, dan Parmin mengarahkan kepala Dewi tepat berhadapan dengan penis Sugito, ditekannya kepala Dewi sehingga kepala penis Sugito bersentuhan dengan mulut Dewi, Dewi mengerti keinginan mereka, kemudian Dewi mulai membuka mulutnya dan mulai mengulum-ngulum penis Sugito.
Sugito mulai mengerang-ngerang merasakan hisapan dan kuluman mulut Dewi di penisnya, sementara itu Parmin mulai beralih ke belakang Dewi dan mulai mengarahkan penisnya kelubang vagina Dewi, diselipkannya kepala penisnya di bibir vagina Dewi, dan perlahan-lahan Parmin mulai mendorong masuk penisnya. Sleeepppp….bleessss…. penis Parmin yang lebih besar ukurannya dari punyanya Sugito mulai menerobos masuk kedalam lubang vagina Dewi.
“Uuggghhhh…..peelaaannn….hhmmmhhh…ssshhhh…ssssllrr rpppp..,” Dewi melenguh saat penis Parmin mulai melesak masuk, ia merasakan vaginanya seperti robek saat penis Parmin mulai melesak masuk itu.
Mendengar itu Parmin mendiamkan gerakannya, ia memberikan kesempatan kepada lubang vagina Dewi untuk beradaptasi dengan ukuran penisnya, beberapa saat kemudian dengan sekali sentakan Parmin menekan penisnya dalam-dalam dilubang vagina Dewi, perbuatannya membuat Dewi menjerit, tapi yang terdengar dari mulut Dewi hanya gumaman saja karena gerakan Parmin tadi membuat tubuhnya terdorong kedepan dan akibatnya penis Sugito masuk hampir seluruhnya kedalam mulut Dewi.
“Hhhhmmppphhhh……sssssllrrrpppppp..”Dewi menjerit tertahan.
Dewi merasa vaginanya seperti sobek, tapi ia juga merasakan kenikmatan yang sangat, Dewi merasakan denyutan di batang penis Parmin yang terjepit erat oleh dinding vaginanya, dan ia sendiri merasakan otot dinding vaginanya berdenyut juga. Dewi mulai merasakan Parmin dengan perlahan-lahan menarik penisnya…gesekan batang penis Parmin didinding vaginanya membuat Dewi merem-melek karena kenikmatan yang sangat.
Sementara karena gerakan menarik Parmin membuat tubuh Dewipun tertarik ke belakang dengan sendirinya mulutnya mulai bergerak juga. Penis Sugito yang hampir terbenam semuanya di dalam mulutnya perlahan-lahan mulai keluar sedikit-demi sedikit dari kuluman mulut Dewi, kemudian Parmin mulai mendorong kembali penisnya masuk ke dalam lubang senggama Dewi sehingga membuat penis Sugito mulai melesak masuk lagi kedalam mulut Dewi, Sugito merasakan kenikmatan yang luar biasa saat penisnya tergesek-gesek oleh mulut Dewi.
Lenguhan-dengusan dan desahan dari mereka bertiga kembali terdengar, keringatpun mulai mengalir keluar dari tubuh mereka. Gerakan maju-mundur Parmin mulai tidak beraturan, sementara pantat Sugitopun semakin terangkat, kedua tangannya memegangi kepala Dewi, tubuhnya mengejang. Dewipun mulai merasakan hal yang sama dengan Sugito dan Parmin, puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka hampir mereka raih, lenguhan dan desahan Dewi semakin sering terdengar, kepala Dewi semakin cepat naik turun dan tidak seirama lagi dengan gerakan maju mundur Parmin, sementara Dewipun mulai menggerakkan pantatnya untuk menyambut sodokan Parmin. Akhirnya puncak kenikmatan itu mereka raih hampir berbarengan, dimulai dengan Sugito yang melenguh panjang lalu Dewi dan terakhir Parmin yang melepaskan lahar kenikmatannya.
“Ooohhhhh…..aaaakkuuuu….keeellluaaaarrr….,’ Sugito melenguh panjang.
Creeeetttt…..ccccreeeetttt…cccreeet….. penis Sugito menyemprotkan cairan kenikmatannya di mulut Dewi, disambut dengan lenguhan Dewi yang juga merasakan puncak kenikmatannya.
“Akkhuuuu…juuuggaaa….ooohhhhh…sssssllrppppp….sslll rpppp….,” Dewipun melenguh sambil menelan sperma Sugito yang keluar dalam mulutnya.
Sssseeerrr….ssseeerrr….ssseerrrr….. vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Parmin merasakan semburan hangat dibatang penisnya.
“Akkuuuu….kheeellluaaaarr….juuggaaaa….aaaaggghhhh…eeenaaakkk ssekalii…,” lenguhan Parmin terdengar merasakan puncak kenikmatannya.
Creeeettt….creettt…creettt…..penis Parmin menyemburkan lahar kenikmatannya di dalam lubang vagina Dewi. Dewi merasakan kehangatan sperma Parmin di dinding vaginanya.
Nampak tubuh mereka bertiga mengejang menikmati puncak kenikmatan dari persetubuhan ini. Setelah badai nafsu mereka mereda serta tetesan terakhir dari lahar kenikmatan mereka telah menetes, akhirnya tubuh merekapun terkapar kelelahan, nafas mereka terlihat masih memburu, mata mereka terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka raih.
Jam di dinding kamar Dewi menunjukkan pukul 02.00 pagi, saat itu Dewi terbangun dari tidurnya dan ia baru menyadari bahwa sehabis pergumulan semalam dengan Sugito dan Parmin yang cukup menguras tenaganya, ia jatuh tertidur begitu pula dengan Sugito dan Parmin yang ikutan jatuh tertidur dengan posisi keduanya memeluk tubuhnya, hawa dingin AC di kamarnya membuat Dewi kembali bergairah ingin disetubuhi kembali oleh kedua orang ini, nafsu birahinya kembali bangkit membayangkan kejadian semalam, perlahan-lahan kedua tangannya menggapai kebawah mencari kedua batang kemaluan Sugito dan Parmin.
Kemudian setelah kedua batang kemaluan itu berada dalam genggamannya, dengan lembut kedua penis itu diremas-remasnya, perlahan-lahan kedua batang kemaluan itu bangun, seiring dengan semakin menegangnya kedua batang kemaluan itu, siempunya barangpun mulai melenguh menikmati remasan-remasan tangan halus Dewi, mata mereka masih terpejam tapi naluri lelaki mereka sudah bangun terlebih dahulu, Dewi yang mendengar lenguhan mereka semakin bernafsu meremas-remas kedua batang kemaluan mereka.
Kedua batang kemaluan mereka sudah betul-betul tegang dan siap untuk berperang dengan kemaluan Dewi yang sudah mulai basah. Setelah merasakan bahwa kedua batang kemaluan mereka betul-betul tegang Dewi mulai bangkit dari posisi tidurnya kemudian Dewi mulai berjongkok di atas tubuh Parmin.
Perlahan-lahan batang kemaluan Parmin diarahkan ke lubang kemaluannya, dioles-oleskannya kepala penis Parmin dengan bibir vagina dan kelentitnya, Dewi melenguh kegelian merasakan gesekan kepala penis Parmin di kelentit dan di bibir vaginanya. Selang beberapa saat kepala penis Parmin ia selipkan di lubang kemaluannya…sleepp…, kemudian perlahan-lahan Dewi mulai menurunkan pantatnya…bleessss… srrttt…bleesss…., penis Parmin mulai masuk perlahan-perlahan di lubang kemaluan Dewi.
“Aaggghhh…sssshhhh…oouughhh…” terdengar Dewi melenguh menikmati terobosan penis Parmin dilubang kenikmatannya.
“Ouuuuggghhh………..” Parminpun melenguh menikmati jepitan vagina Dewi di batang kemaluannya, kedua matanya mulai perlahan-lahan terbuka.
Penis Parmin akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, Dewi merasakan kembali lubang kenikmatannya penuh sesak oleh jejalan batang kemaluan Parmin yang besar, sesaat Dewi tidak melakukan gerakan, ia ingin merasakan denyutan-denyutan batang kemaluan Parmin didinding lubang kenikmatannya, Dewi merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kemaluan Parmin berdenyut-denyut sehingga membuat dinding lubang kenikmatannyapun berdenyut juga menimpali denyutan yang dibuat batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan batang kemaluannya seperti diremas-remas dengan lembut.
“Aagghhhh….ssshhhh…aaaaahhh..kooontolllmmuu enak sekaliiii…” Dewi mengerang keenakan.
“Memeeeekk..ibuu…ssshhhh…aaaahhhh…juga enaakkk….bissaaa…ngempoot…” Parmin juga merintih keenakan.
Erangan mereka berdua membuat Sugito terbangun, dan ia melihat Dewi sudah menduduki Parmin dan tangan Dewi sedang memegangi penisnya yang sudah tegang, tidak menunggu diperintah Sugito mulai bangun dan mulai menyerbu tubuh Dewi, mulutnya mulai menyerang kedua payudara Dewi bergantian dengan tangannya, saat mulutnya menjilati dan menghisap payudara yang kiri, tangannya meremas-remas dan memilin-milin payudara yang kanan, aksi Sugito membuat rintihan dan erangan Dewi semakin menjadi.
“Ouugghhh…ssshhhh…aaaahhh…ggeeeliii….ouughhh..teru sss…yaaa….hisaaappp..putingku….ooohhh…niikkmmaatt… ” Dewi merintih keenakan dan kegelian.
Melihat itu Parmin tidak mau diam, kedua tangannya memegang pantat Dewi menyangga posisi Dewi yang sedang berjongkok diatas tubuhnya, lalu Parminpun memulai gerakannnya, perlahan-lahan pantatnya mulai naik turun ssrrtttt…bleesss…ssssrrrttt…bleesss, penisnya keluar masuk di lubang kenikmatan Dewi,
aksi Sugito dan gerakan Parmin membuat rintihan Dewi semakin menjadi-jadi, Dewi dibuat merem-melek oleh aksi mereka berdua. Ia merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa berbeda dari yang ia rasakan semalam. Dewi tidak dapat bertahan lama menghadapi serangan kedua orang ini, puncak kenikmatannya sudah hampir diraihnya, lenguhannya semakin sering terdengar, tubuhnya mulai bergetar menikmati serangan kedua orang ini, tiba-tiba tubuh Dewi mengejang, tangannya memeluk erat Parmin sementara pantatnya ia tekan dalam-dalam menyambut sodokan Parmin, kemudian gerakan tubuhnya terdiam.
“Ouuugghhhh….aaagghhhh…..nniikkmaat…aakuuu…keeellu uaaarr…sssssshhhh…aagghhhhh” Dewi mengerang menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil ia raih.
Creet…sssssrrrr…ccreett…sssrrr…Dinding vaginanya berdenyut-denyut kencang saat lubang kenikmatannya memuntahkan lahar kenikmatannnya. Parmin merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi yang menyembur membasahi batang penisnya, dan ia merasakan denyutan-denyutan yang sangat kuat meremas-remas batang penisnya.
Sesaat Dewi tengkurap di atas tubuh Parmin, nafasnya memburu, matanya terpejam merasakan kenikmatan yang baru saja ia rengkuh, Parmin dan Sugito membiarkan Dewi menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja direngkuhnya.
“Oohh…nikmat sekali..hhmmmh…”Dewi bergumam sambil matanya masih terpejam, sementara bongkahan pantatnya terlihat mengejut-ngejut, nampaknya lubang kenikmatan Dewi masih menyemburkan sisa-sisa cairan kenikmatannya.
Parmin dengan lembut mulai menciumi Dewi, bibir Dewi dipagutnya dengan lembut yang dibalas oleh Dewi, kedua lidah mereka bertautan, melihat kedua orang itu berpagutan Sugito perlahan-lahan memulai kembali aksinya dengan menciumi punggung Dewi sementara tangannya mulai meremas-remas kedua bongkahan pantat Dewi dengan lembut, ciuman-ciuman Sugito dan remasan-remasan tangan Sugito di kedua bongkahan pantatnya membuat Dewi menggelinjang kegelian, sementara Parmin tidak melepaskan lumatan-lumatan di bibir Dewi.
“Hhhhhmmmmhhh…slllllrrppp….hhhhmmm…sssllrrppp…” Dewi dan Parmin bergumam dan melenguh bersamaan.
Saat itu ciuman Sugito perlahan-lahan semakin menurun kebawah kearah pantat Dewi, Dewi semakin menggelinjang kegelian, entah apa yang merasuki Sugito atau karena Sugito pernah melihat film BF yang ada “Double Penetration”, ciuman Sugito mulai beralih ke pantat Dewi, lubang pantat Dewi yang terpampang dimata Sugito tanpa merasa jijik mulai Sugito ciumi, aksi Sugito semakin membuat Dewi menggelinjang, entah kenapa Dewi merasakan nafsunya perlahan-lahan mulai bangkit kembali,
Tak lama berselang Sugito menghentikan ciuman di lubang pantat Dewi, Sugitopun mulai memposisikan tubuhnya dengan dibelakang tubuh Dewi yang masih tengkurap diatas tubuh Parmin, kemudian Sugito mulai mengoles-oleskan kepala penisnya dilubang pantat Dewi, aksinya ini membuat Dewi menggelinjang karena geli dan kaget, tapi Dewi tidak dapat berbuat banyak karena tubuhnya sedang dipeluk dengan eratnya oleh Parmin, Dewi hanya bisa pasrah merasakan gesekan-gesekan kepala penis Sugito dilubang pantatnya.
“Eeehhh….Git!..aaapppaa..yang kamu lakukan…ooohhh…..geelii….jjanggaan..dimasukkan penismu kesitu…sssshhh…” Dewi merintih kegelian dan ketakutan, Dewi takut kalau Sugito memasukkan penisnya ke lubang pantatnya.
“Tenang bu, nanti juga enak..ibu pasti ketagihan…” Sugito menjawab dengan tenang.
Sleeppp….Sugito menyelipkan kepala penisnya dilubang pantat Dewi, Dewi mengerang saat lubang pantatnya mulai disesaki kepala penis Sugito, Dewi tidak dapat berbuat banyak, karena pelukan Parmin yang erat ditubuhnya dan tangan Sugito yang memegangi pinggangnya, yang hanya Dewi bisa lakukan hanya menggerakkan kepalanya, Dewi merasakan perih saat kepala penis Sugito mulai menerobos lubang pantatnya.
Srrttttt…bleeesss…ssssrrrttt….bleessss…ssssrttt…bl leessss….perlahan-lahan Sugito mulai mendorong masuk penisnya dilubang pantat Dewi, Sugito merasakan jepitan lubang pantat Dewi sangat ketat sekali melingkari batang kemaluannya, dan Sugito merasakan ketatnya gesekan dinding lubang pantat Dewi dibatang kemaluannya, sementara Sugito merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa dengan jepitan lubang pantat Dewi, Dewi sendiri merasakan kesakitan dan perih yang luar biasa dilubang pantatnya.
“Ouugghhh….sssshhhhh…sssaaakkkitttt..peeriihhh…uuu gghhh….amppuunn..Git..cabut penismu …peeriihh..ssshhh…saakiittt…” Dewi menjerit kesakitan.
“Shhh…aaggghh…sssebeeentar bu,…nanti perihnya juga hiilllaang…nnantiii..ibu juga akan merasakan eenaaakkk…” Sugito menjawab.
Bleessss…..Dengan sekali hentakan akhirnya seluruh batang kemaluan Sugito terbenam seluruhnya di lubang pantat Dewi. Hentakan Sugito membuat Dewi melenguh kesakitan, sementara Sugito sendiri dan Parmin merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Mereka merasakan jepitan di penis mereka sangat erat sekali, baik Sugito maupun Parmin merasakan kedutan-kedutan yang tiada taranya, selain kedutan-kedutan dari dinding kedua lubang Dewi mereka masing merasakan kedutan-kedutan batang kemaluan mereka.
Sugito merasakan kedutan batang kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan kedutan batang kemaluan Sugito. Tak lama berselang Sugito dan Parmin mulai memaju-mundurkan penis mereka, mereka tidak memperdulikan jeritan kesakitan Dewi, yang mereka pikirkan saat ini adalah kenikmatan yang sangat luar biasa, nampak penis mereka keluar masuk dengan perlahan di kedua lubang Dewi.
Ssrrrttt…bleess….ssrrtttt…bleesss….ssrttt…bleeess…
“Ouughh….aaagghhh..enak..sekallii….” Sugito melenguh keenakan.
“Iyaaahh…vaginanya …jaddiii.,..ttaammbah seempitt…mememang.,…eenaakk..” Parminpun mengerang keenakan.
“Ouughh….ssaakiiit…sudaaaahh…akkuu….tidddakk..kkuatt…pperiihhh…ooouughhh..ampunn..” Dewi merintih kesakitan.
Sugito dan Parmin mendengar rintihan Dewi bukannya menghentikan gerakan mereka, tapi malah menambah ritme gerakan mereka… gerakan penis mereka semakin cepat keluar masuk dilubang kemaluan dan pantat Dewi. Gerakan keluar masuk penis mereka semakin lancar dikarenakan lubang kemaluan Dewi yang semakin banyak mengeluarkan cairan pelican ini, dan kedua penis mereka yang juga semakin banyak mengeluarkan cairan pelicinnya.
Perlahan-lahan rintihan kesakitan Dewi berganti menjadi erangan dan lenguhan kenikmatan, rasa perih yang tadi dirasakan oleh Dewi berganti menjadi rasa nikmat yang belum pernah Dewi alami selama ini, Dewi mulai bisa merasakan gesekan-gesekan kedua batang penis Sugito dan Parmin pada dinding lubang kemaluan dan pantatnya. Terlebih Dewi merasakan sensasi yang sangat luarbiasa pada dinding yang membatasi antara lubang vagina dan lubang pantatnya, karena di dinding itu ia merasakan pergesekan yang sangat luar biasa.
Dewi merasakan penis Parmin dan Sugito menggesek-gesek dinding tersebut dengan eratnya, mata Dewipun dibuat merem-melek, lenguhan-lenguhan kenikmatannya semakin kuat.
“Ouughhh….sssshhh…aaaaghhh…enaakk…sssshhh..terusss ….aaaagghhh….oouughhh….kontoooolll…kalian mmeemmbuuaatkkkuu….mellaaayang….oougghh….terusss…. .jjangaan..berhenti..” Dewi meracau keenakan.
“Akkuu…ssudah…bbillanng…tadi…pasti ….. ibuuuu…akaaaann..keeenakaann…hhhhmmmm… lubang pantat ibu gaaakkk…kalahh..dengan…hhmmm….aaaggg…mmeemek ibu…enaakknya..’ Sugito menjawab sambil mengerang keenakan..merasakan sempitnya lubang pantat Dewi.
“Iyaaahhh…akuu juggaaa…keeenakaan..vaginanya tambah seeempiitt…niiihhh…aaaagghhh…ooughhh…aakuu juga pengen nyobaain…anusnya…nanti” erang Parmin yang juga sedang merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.
Keringat mereka semakin banyak keluar, bunyi beradu tubuh mereka yang penuh dengan keringat menambah nafsu mereka semakin memuncak, lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar. Gerakan penis Parmin dan Sugito semakin cepat keluar masuk di kedua lubang Dewi, tak lama berselang gerakan tubuh Sugito dan Parmin semakin tidak beraturan, nafas mereka semakin memburu.
“Ouugghhh…akuuu…tidakk..tahhaan…lagi…akku…mmaaaau. .keluuaaarr…aarrrgghhh…sshhss …..eenaaakkk…memmekkmm…ibbuuu….” Parmin mengerang keenakan saat merasakan puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh kembali.
“Iyyyaaaa….aargghhhh…akuuu…jugga..tidak….taahhhaan n…llagii…aakuuu…juga..mau..keluar…oouggghh…eenaaak kk..betul…ngentooottt….sssaaama..ibuuu…..” Sugito pun mengerang menimpali erangan Parmin, iapun merasakan puncak kenikmatannya yang berhasil direngkuhnya kembali.
“Akkkuuu……jugggaaa….oouggghhh….aaaaaaarrghhh…..kon tooooll…kaliiiaaannn…mmemang.. betulll….eenaaakkk…..aaaaahhhh..sssshhh….akkuuu…be tuuulll…pppuuaaasss…oohhhh..” Dewi melenguh keenakan menyambut penggapaian dari puncak pendakian kenikmatanya yang untuk kedua kalinya ia capai di dinihari ini.
Creeettt…ssrrrrr….creetttt…ssssrr….ccrreettt..sssr r….ccreettt….lahar kenikmatan mereka menyembur berbarengan, kemaluan mereka mengejut-ngejut bersamaan menembakkan cairan kenikmatan mereka, tubuh mereka mengejang bersamaan, erangan dan lenguhan mereka terdengar bersahutan.
Akhirnya setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar dari kemaluan mereka, dan badai nafsu mereka mereda, ketiganya terkapar, tubuh mereka terlentang berdampingan sementara nafas mereka masih memburu, dan mata mereka terpejam menikmati sisa-sisa dari pergulatan birahi mereka yang baru saja mereka raih sampai kepuncaknya.
Pergulatan mereka bertiga masih dilanjutkan terus sampai matahari terbit, dengan berbagai perubahan posisi, kadang Parmin yang menggarap lubang pantat Dewi sementara Sugito menggenjot vagina Dewi dari bawah, atau Sugito menggenjot anus Dewi dengan gaya doggie style sementara Parmin di depan memaju-mundurkan penisnya dimulut Dewi, berbagai posisi mereka coba dan nafsu Dewi betul-betul terlampiaskan oleh aksi Parmin dan Sugito.